Tentu, ini draf berita yang berfokus pada toleransi beragama yang diterapkan oleh Ibu Tasya. Membangun Toleransi Beragama: Ibu Tasya Wujudkan Pembinaan Khusus Bagi Murid Non-Muslim di SDN 2 Suntu Kota Bima

Kota Bima, NTB – Di tengah keberagaman yang menjadi kekayaan Indonesia, SDN 2 Suntu Kota Bima menjadi contoh nyata bagaimana toleransi beragama dipupuk sejak usia dini. Inisiatif luar biasa datang dari Ibu Tasya, seorang guru yang berdedikasi untuk memastikan setiap murid, tanpa memandang latar belakang keyakinan, merasa dihargai dan menjadi bagian dari komunitas sekolah.

Sebagai bentuk komitmen terhadap pendidikan yang inklusif, Ibu Tasya mengadakan sesi pembinaan khusus yang dirancang untuk murid-murid non-muslim. Program ini bukan tentang pengajaran agama tertentu, melainkan tentang penanaman nilai-nilai moral universal yang relevan bagi semua anak, seperti kejujuran, empati, dan pentingnya saling menghargai.

Dalam sesi ini, Ibu Tasya sering kali mengajak murid-murid berdiskusi tentang cara menjadi teman yang baik, bagaimana menyikapi perbedaan dengan bijak, dan pentingnya tolong-menolong. Kegiatan ini menciptakan ruang yang aman dan nyaman bagi mereka untuk berbagi pemikiran dan perasaan, mempererat persahabatan, dan mengurangi kesenjangan yang mungkin timbul karena perbedaan.

Murid-murid merasa sangat senang dan didukung. Mereka tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari satu sama lain, menemukan kesamaan di balik perbedaan yang ada. Praktik ini secara langsung membuktikan bahwa sekolah adalah tempat yang ideal untuk mengajarkan kerukunan dan mempersiapkan generasi muda yang mampu hidup harmonis di tengah masyarakat majemuk.

"Tujuan kami adalah menciptakan lingkungan di mana setiap anak merasa diterima. Kami ingin mengajarkan bahwa perbedaan adalah hal yang indah dan harus dirayakan," ujar Ibu Tasya. "Pembinaan ini adalah langkah kecil kami untuk memastikan setiap murid dapat tumbuh menjadi pribadi yang berempati dan menghargai sesama."