Sejarah Permainan Gobak Sodor di Indonesia

Gobak Sodor merupakan salah satu permainan tradisional Indonesia yang sudah dikenal sejak zaman dahulu. Permainan ini populer di berbagai daerah, meskipun dengan sebutan berbeda. Di Jawa, dikenal dengan nama Gobak Sodor, sementara di beberapa daerah lain disebut Galasin atau Galah Asin.
Asal-usul permainan ini dipercaya lahir dari kebiasaan masyarakat desa yang gemar bermain di lapangan terbuka atau halaman rumah setelah bekerja atau belajar. Gobak Sodor dimainkan secara berkelompok, dengan prinsip sederhana: menjaga garis pertahanan dan berusaha melewati lawan. Karena mudah dimainkan dan tidak memerlukan peralatan khusus, permainan ini cepat menyebar luas dan digemari anak-anak maupun remaja.
Filosofi Permainan
Gobak Sodor bukan hanya sekadar permainan fisik, tetapi juga sarat makna. Ia melatih kerja sama tim, strategi, ketangkasan, dan sportivitas. Anak-anak yang bermain belajar untuk berkolaborasi, menjaga kekompakan, sekaligus melatih fisik agar lebih bugar.
Mulai Dipertandingkan di Kalangan Pelajar
Gobak Sodor mulai dipertandingkan secara lebih terorganisir di kalangan pelajar pada tahun 1970-an hingga 1980-an, ketika pemerintah melalui sekolah-sekolah dasar mendorong kegiatan ekstrakurikuler berbasis permainan tradisional. Sejak itu, Gobak Sodor kerap dipertandingkan pada event Hari Anak Nasional, Pekan Olahraga dan Seni (Porseni), serta kegiatan 17 Agustus di sekolah-sekolah.
Pada awal 2000-an, perhatian terhadap permainan tradisional kembali meningkat seiring munculnya gerakan pelestarian budaya lokal. Beberapa daerah bahkan menjadikan Gobak Sodor sebagai cabang lomba resmi dalam Festival Permainan Tradisional atau kegiatan pendidikan berbasis kearifan lokal.
Kini, Gobak Sodor tidak hanya dimainkan sebagai hiburan, tetapi juga dilombakan di tingkat sekolah, kecamatan, hingga kota/kabupaten. Tujuannya adalah menanamkan rasa cinta budaya bangsa serta membiasakan anak-anak berolahraga dengan cara yang menyenangkan.